MASALAH PENDIDIKAN
GEOGRAFI DI INDONESIA
1.1 Latar Belakang
Geografi adalah pelajaran yang mengungkap
fakta-fakta, data serta informasi seputar ruang yang menjadi tempat tinggal
manusia. Cakupan materinya sangat luas mencakup informasi aspek fisik muka
bumi, informasi dan karakteristik budaya manusia dan hubungan keduanya. Menjadi
guru geografi mestinya memiliki pengetahuan keruangan dan pemahaman disiplin
ilmu pendukungnya seperti geologi, sosiologi, meteorologi, klimatologi,
oceanografi, kartografi, ilmu tanah dan astronomi. Inilah yang menjadi masalah
besar bagi pembelajaran geografi yang disinyalir harian the telegraph mengalami
penurunan kualitas di berbagai negara termasuk Inggris dan Amerika Serikat
akhir-akhir ini.
Masalah umum
yang dijumpai guru-guru geografi di Indonesia mulai dari tingkat dasar sampai
pendidikan menengah adalah kurang tersedianya media pembelajaran yang mendukung
proses belajar siswa. Mempelajari ruang atau permukaan bumi seperti jalur
pegunungan dunia, persebaran dan karakteristik samudera, laut, gurun, dan
bentukan alam lainnya tentu sangat dangkal jika hanya bermodalkan buku, peta
dan informasi melalui ceramah. Media yang bersifat nyata sangat diperlukan
untuk meningkatkan pemahaman siswa. Namun menghadirkan alam dan berbagai
bentukan aslinya di ruang kelas sangatlah sulit atau bahkan mustahil. Lalu
bagaimana solusinya?
Salah satu
cara menghadirkan bentukan alam nyata di dalam kelas adalah melalui penggunaan media visual dan video. Kedua media ini masih memerlukan perangkat tambahan
yaitu pengetahuan guru menggunakan alat (teknologi) untuk memvisualisasikan
kedua media ini misalnya melalui program komputer dan ketersediaan media yang
dibutuhkan.
1.2 Tujuan
1.
Mencoba
menemukan penyabab masalah dalam pembelajaran geografi
2.
Mengidentifikasi
dan menganalisis penyebab masalah dalam pendidikan geografi.
3.
Memberikan
solusi bagi proses pembelajarangeografi untuk ke depannya.
PEMBAHASAN
2.1 MATERI
GEOGRAFI SMA MASIH KELIRU
Materi pada buku pelajaran Geografi SMA ditemukan mengandung sejumlah
kekeliruan mendasar. Kekeliruan itu, di antaranya, berbagai penjelasan istilah
kebumian yang kurang tepat.
”Misalnya saja
istilah-istilah lava, lahar, dan magma yang tidak jelas bedanya. Padahal,
masing-masing istilah ini punya pengertian berbeda. Lalu, ada ketidaktepatan
pada penjelasan mengenai minyak bumi,” kata pakar geologi dari Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Dwikorita Karnawati, seusai Pembukaan Olimpiade
Internasional Kebumian International Earth Science Olympiad (IESO) ke-4 di
Gedung Kepatihan Yogyakarta, Senin (20/9). Kegiatan itu diikuti peserta dari 19
negara.
Kekeliruan-kekeliruan tersebut perlu diluruskan karena dapat
mengaburkan pemahaman pelajar mengenai ilmu kebumian. Menurut Dwikorita,
berbagai kekeliruan itu ditemukan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia saat
memberikan pelatihan pembelajaran kebumian dan kebencanaan kepada guru-guru.
Lebih lanjut dikatakan, kekeliruan materi terjadi hingga tingkat kunci
jawaban pada ujian dan tes-tes di sekolah. Hal itu karena soal-soal Geografi
dibuat mengacu pada materi di buku-buku tersebut.
Selama ini, kata Dwikorita, sasaran pelajaran Geografi juga belum
jelas. Pelajaran baru sebatas penyampaian informasi kebumian, tetapi belum
membentuk kemampuan pelajar dalam menyikapi kondisi kebumian. ”Pelajaran hanya
menyampaikan, misalnya, jenis batuan, jenis bentang alam, ataupun hasil
tambang, tapi belum sampai pada apa yang bisa dilakukan dengan semua itu.
Padahal, ini yang terpenting,” ucapnya.
Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Suyanto
mengatakan, pihaknya telah mengetahui adanya sejumlah kekeliruan dalam buku
pelajaran Geografi tersebut. Saat ini evaluasi dan upaya perbaikan tengah
dilakukan. ”Apabila diperlukan, penarikan buku pelajaran yang memuat kesalahan
materi akan dilakukan,” katanya. Namun, tindakan tersebut masih menunggu
evaluasi.
Ulasan :
Seperti yang disebutkan di dalam arikel di atas,
diberitakan bahwa banyak kekeliruan yang terjadi terhadap istilah-istilah
geografi di tingkat SMA. Hal itu perlu diluruskan karena dapat mengaburkan
pemahaman siswa. Sampai saat ini, evaluasi dari kekeliruan tersebut masih
dikerjakan.
2.2 PEMBELAJARAN
GEOGRAFI DI INDONESIA SALAH
KAPRAH
Materi geografi
yang diajarkan di Indonesia dianggap masih salah kaprah dan tidak
mendalam. Hal tersebut diperparah pula dengan adanya kurikulum dan tenaga guru
yang kurang mendukung. Sehingga berbagai dampak seperti kesalahan tata kota
yang berimbas pada lingkungan menjadi tak terhindarkan.
Dekan
Fakultas Geografi UGM yang juga merupakan Ketua Ikatan Geografi Indonesia,
Prof. Dr. Suratman Worosuprojo, M.Sc mengungkapkan, saat ini pembelajaran
geografi di sekolah terutama SMA masih belum memiliki kompetensi mandiri.
Bahkan geografi juga terkesan terdiskriminasi karena hanya diajarkan di jurusan
IPS dan tidak sampai ke jurusan IPA. Padahal pembelajaran mengenai geografi ini
merupakan hal penting diterapkan di Indonesia.
"Pembelajaran
geografi ini penting untuk diterapkan secara benar di Indonesia mengingat
kondisi wilayah kita yang sangat multi resources dan multi problem. Sedangkan
fakta yang ada di Indonesia sekarang, justru banyak pembelajaran geografi yang
diajarkan oleh guru yang tidak menguasai bidangnya. Ini diperparah pula dengan
minimnya alat peraga yang digunakan," ujarnya di gedung Pasca Sarjana UGM,
Kamis (21/10).
Menurutnya,
pembelajaran geografi harus segera dibenahi dan diperkuat pada sisi kurikulum,
guru dan adanya sarana penunjang seperti laboratorium maupun alat peraga
khususnya di tingkat SMA. Karena di SMA merupakan landasan bagi siswa untuk
mengetahui dasar dari ilmu geografi.
"
Sekarang ini sudah bisa kita lihat bersama dampak yang muncul dari kesalahan
pembelajaran geografi. Dalam hal tata kota misalnya, pada akhirnya banyak
konstruklsi bangunan yang tidak bertahan lama maupun tata kelola pengairan yang
justru berbalik menyebabkan banjir. Meski banyak bidang yang terkait, namun
pemahaman geografi yang kurang juga ikut berkontribusi besar disini," jelasnya.
Sementara
itu, Ketua Umum Ikatan Geografiwan UGM, Muhammad Dimyati menambahkan, secara
umum kebutuhan Indonesia akan tenaga geografi sangatlah tinggi. Namun kebutuhan
tersebut tidak seimbang dengan jumlah tenaga yang ada dan setiap tahunnya
selalu kurang. Akibatnya kompetensi geografi yang dilahirkan menjadi tidak bisa
berbuat seperti yang seharusnya.
"Berdasarkan
data, perkiraan kebutuhan tenaga geografi di Indonesia mencapai 9.660 tenaga.
Namun baru bisa terpenuhi sekitar 1.151 orang saja. Sebagian besar dari jumlah
tersebut juga banyak yang terpusat di pulau Jawa saja," katanya.
Ditandaskan,
Indonesia hanya memiliki 31 perguruan tinggi saja yang menghasilkan para
geograf. Pada tahun 2008/2009 bahkan terjadi backlog 29.000 tenaga geograf
dimana gap per tahun mencapai 8.509 geograf.
"Dengan
kondisi tersebut, untuk dapat memenuhi kebutuhan geograf guna menutup backlog,
Indonesia masih membutuhkan waktu 25 tahun lagi. Sehingga ini merupakan hal
mendesak yang perlu untuk segera diatasi," imbuhnya.
Ulasan :
Materi geografi yang diajarkan di Indonesia
masih salah kaprah dan kurang mendalam. Hal tersebut dikarenakan oleh kurikulum
dan tenaga kerja yang kurang mendukung. Bahkan di Indonesia, geografi terkesan
didiskriminasikan, karena hanya diajarkan di jurusan IPS saja tidak sampai
jurusan IPA. Padahal gografi sangat penting mengingat kondisi wilayah Indonesia
yang sedemikian rupa. Berdasarkan data, perkiraan kebutuhan tenaga geografi di
Indonesia sangatlah tinggi, mencapai 9000an tenaga lebih. Namun, tenaga yang
terpenuhi baru sekitar 1000an tenaga kerja. Sehingga ini merupakan hal mendesak
yang perlu segera diatasi.
2.3 PENDIDIKAN
GEOGRAFI DI INDONESIA PERLU DITATA LAGI
Pendidikan geografi di Indonesia perlu ditata lagi karena dalam
pengembangannya masih menghadapi kendala, kata Dekan Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Suratman Worosuprojo.
"Kendala itu antara lain inkonsistensi materi ajar dari tingkat
dasar, menengah hingga perguruan tinggi. Guru yang tidak memiliki ijazah
geografi, jumlah jam mengajar di SMA yang kurang, dan tidak diajarkan di SMA
jurusan IPA," katanya di Yogyakarta, Sabtu (16/10/2010).
Menurut dia, dalam forum diskusi di Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada (UGM), pendidikan geografi di Indonesia terus mengarah pada kompetensi
yang meyakinkan dapat menyelesaikan masalah nasional dan global.
"Geografi dipelajari sudah sejak lama, mulai dari era deskriptif
kualitatif, deskriptif kuantitatif hingga sekarang yang memasuki era
kuantitatif matematis eksperimental dan model," katanya.
Ia mengatakan, mengingat pentingnya ilmu itu, para ahli geografi perlu
memberikan cara mengembangkan "spasial intelegensia" yang sangat
diperlukan bagi generasi penerus. Apalagi perkembangan teknologi penginderaan
jauh dan sistem informasi geografi (SIG) yang pesat dan mudah.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Guru Geografi Indonesia, Tony
Prasetyarto, mengatakan, kurikulum geografi di SMA merupakan bagian yang
integral dengan kurikulum yang ditetapkan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
"Hal itu berarti seorang guru geografi harus melaksanakan
pengajaran berdasarkan kurikulum yang telah disepakati atau dipakai di SMA yang
bersangkutan. Ketika seorang guru geografi di sekolah merumuskan silabusnya
harus mengikuti standar yang telah ditetapkan pemerintah," katanya.
Menurut dia, "tantangan" yang biasa dijumpai guru geografi
antara lain ijazah yang dimiliki harus sarjana (S1) berlatar belakang geografi
dan akta IV, olimpiade kebumian yang materinya menyangkut geografi.
"Selain itu, fenomena geosfer terutama yang ada di sekitar kita
membuat guru geografi wajib menjelaskan kepada peserta didik," katanya.
Pada forum diskusi itu juga disampaikan adanya revisi isi kurikulum
geografi yang meliputi lima aspek yang dipelajari dari tingkat dasar hingga
SMA. Kelima aspek itu meliputi gejala alam dan sosial, sumber daya dan
pengembangan wilayah, pelestarian lingkungan hidup, mitigasi bencana, dan SIG.
Ulasan :
Pendidikan geografi di
Indonesia perlu ditata lagi karena
dalam pengembangannya masih menghadapi banyak kendala. Kendala-kendala itu
antara lain inkonsistensi materi ajar dari tingkat dasar, menengah hingga
perguruan tinggi. Apalagi telah disampaikan, adanyarevisi isi kurikulum
geografi yang meliputi 5 aspek yaitu, gejala alam dan social, sumber daya dan pengembangan
wilayah, pelestarian lingkungan hidup, mitigasi bencana dan SIG.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Geografi adalah ilmu yang sangat penting untuk
diterapkan di Indonesia. Namun masih banyak kendala dalam pengembangannya.
Masih banyaknya kekelirua-kekeliruan materi dasar di tingkat dasar hingga SMA,
itu menunjukkan kurangnya pengetahuan dari para pendidik geografi yang sudah
ada.
Kurangnya tenaga pendidik, juga menyebabkan masalah
dan problem di geografi. Sarana pendukung yang nasih kurang memadahi, itu semua
menunjukkan bahwa pendidikan geografi di Indonesia perlu ditata lagi.
3.2 Saran
·
Evaluasi
secepatnya harus dilaksanakan dan diselesaikan,agar tidak terjadi pengaburan
pemehaman tarhadap istilah-istilah geografi yang keliru.
·
Pemerintah harus
membantu memyediakan sarana penunjang dalam pendidikan geografi, karena ilmu
geografi adalah ilmu keruangan yang tidak hanya materi teori saja, tetapi
jugamembutuhkan alat peraga untuk prakteknya.
1 komentar:
Artikel ini sebaiknya dilengkapi Data-data yg lengkap dan Daftar Pustaka.
Posting Komentar