FISIK DOME SANGIRAN
A.
Letak
dan luas wilayah
Sangiran
adalah sebuah daerah pedalaman yang terletak di kaki Gunung Lawu, tepatnya di
depresi Solo sekitar 17 Km ke arah utara dari Kota Solo dan secara dministatif
terletak di wilayah Kabupaten Sragen dan sebagian terletak di Kabupaten
Karanganyar, Proponsi Jawa Tengah. Luas wilayahnya + 56 Km2
yang mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kec. Kalijambe, Kec.
Gemolong dan Kec. Plupuh serta Kec. Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar.
Secara astronomi terletak pada 7o 25' - 7o 30' LS dan
pada 4o - 7o 05' BT (Moelyadi dan Widiasmoro, 1978).
Kawasan ini
banyak sekali menyimpan misteri yang sangat menarik untuk diungkap. Hal ini
dikarenakan pada situs tersebut banyak ditemukan sisa-sisa kehidupan masa
lampau yang sangat menarik untuk dicermati dan dipelajari. Yang paling
menakjubkan, kita bisa mendapatkan informasi lengkap dari sejarah kehidupan
manusia purba baik itu mengenai habitat, pola kehidupannya, binatang-binatang
yang hidup bersamanya dan proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu
tidak kurang dari 2 juta tahun yang lalu.
Dome Sangiran
merupakan daerah dengfan luas sekitar 32 km2 yang membujur dari utara ke
selatan sepanjang 8 km dan dari timur ke barat sepanjang 4 km, sehingga secara
umum dome Sangiran berbentuk oval.
B.
Geologi
Dome Sangiran
Dome
Sangiran merupakan daerah yang tersingkap. Berdasarkan hasil penelitian
terbentuknya Dome Sangiran merupakan peristiwa geologis yaitu diawali pada 2,4
juta tahun yang lalu terjadi pengangkatan,gerakan lempeng bumi,letusan gunung
berapi dan adanya masa glasial sehingga terjadi penyusutan air laut yang
akhirnya membuat wilayah Sangiran terangkat keatas, hal ini dibuktikan dengan
endapan yang bisa kita jumpai di sepanjang Sungai Puren yang tersingkap lapisan
lempeng biru dari Formasi Kalibeng yang merupakan endapan daerah lingkungan
lautan dan hingga sekarang ini banyak sekali dijumpai fosil-fosil moluska laut.
Dari
pengamatan stratigrafi batuannya, ada 4 formasi batuan yang dapat terlihat di
Dome Sangiran, yakni : (1) Formasi Kalibeng (2) Formasi Pucangan (3) Formasi
Kabuh (4) Formasi Notopuro.
1.
Formasi
Kalibeng
Formasi Kalibeng (Pliosen): merupakan perulangan fasies
laut mulai dari napal hingga lempung dekat pantai (nearshore deposits) yang
ditutupi oleh lower lava. Beberapa perubahan muka laut (sealevel changes)
dapat kita rinci secara baik, dan merupakan cekungan laut terbuka ketika itu.
Tektonik termasuk erupsi gunungapi, dan perubahan muka laut dapat
direkonstruksi dengan baik. Pendek kata, siklus-sekuen stratigrafi berbasis
astrostratigrafi dapat diterapkan. Proses pembentukan formasi tersebut di bawah
kendali tektonik, muka laut. Ketebalan formasi Kalibeng ini lebih dari 130
meter. Formasi Kalibeng ini mengandung fosil foraminifera, moluska laut dan
moluska air payau.
2.
Formasi
Pucangan
Formasi Pucangan/ Sangiran (Plistosen Bawah):
yang terdiri dari lempung hitam hingga abu-abu dengan lapisan tipis pasir yang
diikuti oleh lapisan-lapisan moluska dan diatomic. Perubahan muka air danau
berkaitan dengan iklim, dan genesa keterkaitannya dengan tektonik dan erupsi
gunungapi dapat ungkapkan secara baik. Saya interpretasikan, ketika itu
sebagai lingkungan tertutup lacustrine. Formasi ini selanjutnya ditutupi oleh
grenzbank. Hasil pengamatan, fasies sedimen tersebut dapat dikategorikan
sebagai material rombakan, sementara saya sebut sebagai debris flow deposits.
Siklus perubahan iklim hubungannya dengan tektonik, erupsi gunungapi, dan
evolusi fauna dapat dipelajari secara baik dan rinci. Formasi Pucangan menurut
Duyfjes, dari atas ke bawah adalah sebagai berikut :
a. Endapan
batupasir tufaan setebal 35 m.
b. Batupasir
tufaan yang mengandung pasir dan napal yang berisi kerang laut setebal 10 m.
c. Lapisan
lempung berwarna kehijauan setebal 5 m.
d. Batupasir
kasar, konglomerat dan batuan andesit setebal 100 m. pada lapisan ini ditemukan
fosil Pithecanthropus.
e. Endapan
batupasir tufaan dengan diselingi batulempung; dan
f. Napal
dan batupasir tufaan yang mengandung lempung dan fosil moluska laut stebal 25
m.
Di
Sangiran selain ditemukan fosil Pithecanthropus Erectus pada formasi pucangan
ditemukan pula fosil Meganthropus. Asosiasi hewan lain yang hidup berdampingan
dengan hewan tersebut antara lain: penyu, buaya, ikan hiu, dan gajah.
3. Formasi Kabuh
Formasi Kabuh/ Bapang (Plistosen Tengah): termasuk
cekungan sistem fluvial, dan dapat dibedakan menjadi 7 tubuh pasir fluvial
(F.1-F.7) yang mengalami pergeseran dari waktu ke waktu, yang selanjutnya dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok (F1-F-3), (F4 dan F5), dan F6/F7. Pengelompokkan
berdasarkan setiap tubuh pasir dikontrol oleh efek berubahnya iklim, tektonik
dan erupsi gunungapi. F1 hingga F3 (Kabuh Bawah) mengalami pergeseran sedikit
dan menempati lokasi-lokasi tertentu, demikian pula halnya dengan F4/F5 (Kabuh
Tengah) dan F6 dan F7 (Kabuh Atas). Kontak ketiga grup atau keolompok tubuh
batupasir tersebut belum diketemukan, sehingga dapat diinterpertasikan bahwa
elevasi ketika dibentuknya F. Kabuh diantaranya telah mengalami perubahan atau
pergeseran alur secara berangsur dan mendadak (umum terjadi pada cekungan
fluvial di bawah pengaruh tektonik/ synsedimentaty tectonics).
Endapan pada formasi kabuh terdiri dari endapan yang
berasal dari erupsi gunungapi yang berupa batutuff, batupasir dan konglomerat.
Ketebalan Formasi Kabuh antara 10 m- 60 m. Alat-alat batu purba ditemukan pada
formasi ini sedangkan asosiasi hewan yang hidup adalah kura-kura, babi, badak,
banteng, kerbau, gajah, kuda nil, dan rusa. Dengan ditemukannya alat-alat batu
seperti tersebut di atas menunjukan bahwa manusia pada waktu itu telsh mengenal
alat -alat perburuan dalam rangka memenuhi kebutuhan.
4.
Formasi
Notopuro
formasi
Notopuro berumur plestosen atas, yang terdiri dari endapan lahar yang berbentuk
breksi andesit dan konglomerat. Dengan adanya breksi laharik dan batupasir
silangsiur dengan ketebalan sekitar 2 m hingga 45 m tersebut menunjukkan bahwa
pada masa Plestosen Atas telah terjadi banjir lahar yang besar.
Gambar
: dome sangiran. Sumber : .wordpress.com/2010/05/sangiran-dome.jpg
C. TANAH
Tanah
di kawasan Dome sangiran,di temukan 3 jenis tanah, anatara lain : (1)regosol
(2)litosol (3) gromosol.
1. Regosol
Jenis
tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur
berbatu tunggal, konsistensi lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang,
berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastik. Sebaran ini terkait
dengan distribusi formasi notopuro.
2. Litosol
Jenis
tanah ini berbahan induk batuan beku atau batuan sedimen. Ketebalan lapisan
tanah ini kurang dari 30 cm, bahkan kadang-kaadang merupakan singkapan dari
batuan induk. Tekstur tanah umumnya berpasir.jenis tanah ini banyak ditemukan
pada tempat yang curam dan perbukitan.
3. Gromusol
Jenis
tanah ini mempunyai tekstur lempung berat, struktur granular di lapisan atas
dan gumpal hingga pejal dilapisan bawah.
3 komentar:
mantap gan .. sangat membantu
sama-sama mas,, semoga bisa bermanfaat..
Mantap mas tidak membantu sekali
Posting Komentar